Sabtu, 21 Mei 2011

KeindahanMU

Perjalanan panjang kehidupan kadang membuatku tak sadari,
duh Gusti.....
betapa indah dunia
betapa indah tertata
betapa indah tercipta
begitu sempurna
begitu indah ayat-ayatMU

إن الله لا يستحيي أن يضرب مثلا ما بعوضة فما فوقها فأما الذين آمنوا فيعلمون أنه الحق من ربهم وأما الذين كفروا فيقولون ماذا أراد الله بهذا مثلا يضل به كثيرا ويهدي به كثيرا وما يضل به إلا الفاسقين

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.(QS.2:26)



والله خلق كل دابة من ماء فمنهم من يمشي على بطنه ومنهم من يمشي على رجلين ومنهم من يمشي على أربع يخلق الله ما يشاء إن الله على كل شيء قدير

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS.24:45)

وإذا تولى سعى في الأرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل والله لا يحب الفساد

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.(QS.2:205)

وهو الذي أنزل من السماء ماء فأخرجنا به نبات كل شيء فأخرجنا منه خضرا نخرج منه حبا متراكبا ومن النخل من طلعها قنوان دانية وجنات من أعناب والزيتون والرمان مشتبها وغير متشابه انظروا إلى ثمره إذا أثمر وينعه إن في ذلكم لآيات لقوم يؤمنون

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(QS.6:99)

إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار والفلك التي تجري في البحر بما ينفع الناس وما أنزل الله من السماء من ماء فأحيا به الأرض بعد موتها وبث فيها من كل دآبة وتصريف الرياح والسحاب المسخر بين السماء والأرض لآيات لقوم يعقلون

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS.2:164)

maka
Tiada yang pantas disembah kecuali Allah
Ia menciptakan pohon dan tumbuhan
Ia menciptakan lebah dan burung-burung
Ia menciptakan laut dan samudra
Sebagian dari kemurahan-Nya
Ia menjadikan kita khalifah di atas bumi
Untuk mematuhi segala keputusan-Nya
Yaa Allah kasihanilah kami,
Bersihkanlah penyakit hati kami

Dimuliakanlah Allah di dalam kewibawaan-Nya
Tiada bagi kita Tuhan selain Dia
Dialah Yang Awal sebelum keberadaan
Dialah Yang Akhir setelah keabadian
Kemutlakan-Nya di atas segala batas
Wajib kepada-Nya kita bersujud
Tuhan yang menganugerahkan kehidupan
Dia menjadikan angin dan gelombang air
Berkat-Nya sungguh melimpah
Jayalah yang Ia pandu

Ia memberikan kita siang dan malam
Ia memberikan kita indera penglihatan
Ia menciptakan matahari yang begitu terang
Dan bulan yang begitu putih dan murni

Ia menyelamatkan kita dari keadaan kita
Ia memimpin kita ke arah cahaya
Ia memimpin kita ke jalan lurus
Melalui kemurahan–Nya dan kuasa-Nya

Tuhan bumi dan langit
Tuhan pegunungan yang begitu tinggi
Tuhan yang menguasai siang dan malam
Tuhan dari kegembiraan dan kesenangan

Laa ilaaha illallaah
aku bersaksi tada Ilah kecuali Allah, Maha Pencipta segala Keindahan, ampunkan aku dengan ketidakindahan yang telah kulakukan dan berikan keindahan disisiMU.

(makasih buat Pengembara Menuju Kampung Akhirat atas untaian do'anya)




makasih ilustrasi foto2 indah dari mBak Wayan Lessy (http://wayanlessy.multiply.com)

Senin, 12 Januari 2009

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana



Cinta dan kasih sayang adalah fitrah manusia, namun demikian perwujudannya atau pengejawantahannya akan sangat tergantung dari individu atau personalnya. Dan hal ini kadang menimbulkan permasalahan, konflik yang justru akan menjauhkan cinta dan kasih sayang dari manusia-manusia itu sendiri. Contoh, kadang sebagai suami kita sudah sedemikian sangat menyayangi dengan segenap jiwa raga untuk kebahagiaan istri dan anak-anak, dan keluarga kita, namun hal itu ternyata belum cukup buat mereka. Demikian pula kadang suami merasi tidak mendapatkan cinta dan kasih sayang istri, padahal istri sudah sedemikian total menyerahkan jiwa raganya untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayangnya. Mungkin sudah selayaknya kita merenungkan:

زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. 3:14)

قل إن كان آباؤكم وأبنآؤكم وإخوانكم وأزواجكم وعشيرتكم وأموال اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها أحب إليكم من الله ورسوله وجهاد في سبيله فتربصوا حتى يأتي الله بأمره والله لا يهدي القوم الفاسقين

"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."(QS.9:24)


Jadi, apabila kita mengembalikan seluruh energi dari aktivitas cinta kita kepada cinta kita kepadaNYA, dan melakukan seluruh aktivitas kita karena kecintaan kita kepadaNYA, maka insya Allah kita akan menemukan cinta kita kepada istri kita, anak-anak kita, keluarga kita dan seisi alam ini. Sederhana bukan?

Tadi aku sempat jalan-jalan dan menemukan tulisan mBak Inayah, mudah-mudahan bisa kita ambil hikma dari tulisan ini.



Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.




Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Lewat kata yang tak sempat disampaikan

Awan kepada air yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *


For vieny, welcome to your husband’s heart.

*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.






Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/XIII/2002

Selasa, 17 Juni 2008

Islam itu damai dan penuh kasih sayang

Beberapa hari lalu saya sempat baca tulisan yang bagus, yang aku kira sesuai dengan firman Allah:


ثم كان من الذين آمنوا وتواصوا بالصبر وتواصوا بالمرحمة

Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.(QS.690:17)

ولا تجعلوا الله عرضة لأيمانكم أن تبروا وتتقوا وتصلحوا بين الناس والله سميع عليم

Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.2:224)

mudah2an tulisan ini akan membawa pencerahan bagi kita semua.

Caroline, Barack Obama, dan Ahmadiyah
[Kolom, Gatra Nomor 31 Beredar Kamis, 12 Juni 2008]

Dalam sebuah diskusi terbatas di Islamic Digital Library, Yayasan Al-Ikhlas, Tanah Abang, Jakarta, akhir Mei lalu, Caroline --gadis indo yang lama tinggal di Amerika-- bertanya dalam bahasa Inggris yang native, "How about Priest in Obama's Church, Jeremiah A Wright, who said that Islam is identic with sword, war, and self bombing?" "How can we do to the Barack Obama's Priest? Caroline, gadis cantik yang semangat Islamnya menggebu-gebu itu, tampaknya mengharapkan jawaban saya yang keras dan anti-gerejanya Obama di Chicago itu.

Mendengar pertanyaan itu, saya yang jadi pembicara diskusi di kalangan terbatas pemuda-pemudi muslim Jakarta yang militan tersebut agak rikuh menjawabnya. Maklum, pada saat itu, pembicaraan para hadirin lebih banyak tertuju pada Ahmadiyah yang sesat dan kenapa Pemerintah Indonesia tak segera melarang aliran yang merusak Islam itu.

Dalam kerikuhan itu, tiba-tiba saya teringat seorang dosen bahasa Inggris asal Amerika Serikat yang mengajar di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dosen itu, Eddy Schurr, yang datang pada 1970-an ke Yogyakarta, pernah bercerita kepada saya dan teman-teman di Yogya.

"Ketika saya datang pertama kali ke Yogyakarta, karena saya ditugasi mengajar di sebuah universitas Katolik, saya pikir, mayoritas penduduk Yogya juga beragama Katolik. Ternyata mayoritas penduduknya beragama Islam. Dan Islam dalam pikiran saya adalah pedang, kekerasan, poligami, dan ekstremisme. Itulah yang saya pahami tentang Islam karena informasi yang sampai kepada saya di Amerika tentang Islam, ya, seperti itu," katanya. Lantas?

"Ketika saya mengontrak rumah di Demangan, sebelah barat IAIN Yogyakarta," kata Eddy. "Saya kaget. Kenapa orang-orang Demangan dan tetangga saya ramah-ramah dan baik hati? Kenapa bapak-bapak di Demangan tidak melakukan poligami?" Sejak itu, tutur Eddy, "Saya mulai curiga bahwa apa yang saya pahami tentang Islam itu salah. Masyarakat Amerika, tempat saya dilahirkan, ternyata telah memutarbalikkan fakta tentang Islam dan ajaran-ajarannya."

Karena penasaran, secara otodidak Eddy mempelajari Islam. Dibacanya ayat-ayat suci Al-Quran satu per satu, lalu dia pelajari buku-buku Islam yang lain. Hasilnya? "Islam itu luar biasa. Ajarannya tentang Tuhan Yang Esa dan tidak ada tandingan-Nya mudah dipahami. Orang-orang Islam ternyata ramah, toleran, dan menghargai perbedaan," kata Eddy.

Singkat cerita, Eddy pun mengucapkan "syahadatain". Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Eddy resmi menjadi muslim dan mengganti namanya menjadi Muhammad Eddy Schurr Suryopercoyo Nurul Yaqin. Nama Muhammad dan Nurul Yaqin menjadi simbol bahwa ia benar-benar yaqin terhadap ajaran Nabi Muhammad, sedangkan Suryopercoyo ia pakai sebagai kenang-kenangan bahwa ia masuk Islam di sebuah kota pusat budaya Jawa, Yogyakarta. Istrinya pun mengikuti jejaknya.

Sejak menjadi muslim, Eddy rajin berceramah ke mana-mana, dan orang-orang tertarik oleh kisah-kisah Eddy di Amerika tentang Islam yang digambarkan sangat buruk dan bagaimana akhirnya dia memeluk Islam.

Anak-anak muda yang mayoritas berasal dari Universitas Indonesia dan jamaah Masjid Sunda Kelapa itu tampak terdiam. Mereka, saya pikir, kecewa karena tak mendapat jawaban yang keras dari saya terhadap pertanyaan Caroline.

"Coba bayangkan, Saudara-saudara. Seandainya orang-orang Yogya itu tukang buat onar, istrinya dua, dan sangar, mungkinkah Eddy masuk Islam?" tanya saya, sambil membayangkan sekelompok umat Islam yang marah dan merusak rumah-rumah orang-orang Ahmadiyah.

Orang-orang non-Islam --apa itu dari Cina, Amerika, atau Jepang-- tak tahu apa itu Ahmadiyah. Mereka juga tidak peduli apa itu ajaran Mirza Ghulam Ahmad. Yang mereka tahu, syahadat orang-orang Ahmadiyah sama dan salatnya pun sama dengan orang-orang Islam di masjid mana pun di seluruh dunia. Jika orang-orang non-Islam tahu, orang-orang yang syahadat dan salatnya sama tapi mengaku Ahmadiyah atau mendukung Ahmadiyah digebuki seperti di Monas, awal Juni lalu, dan rumah mereka dirusak seperti di Lombok dan Kuningan, Cirebon, lalu apa yang mereka pikirkan tentang Islam?

Ternyata cerita saya tentang rumah-rumah orang-orang Ahmadiyah yang dirusak di Lombok dan Kuningan itu mengusik perasaan Gayatri. Gadis Minang ini berkata, "Orang Islam di daerah saya tidak seperti itu. Saya lahir dan besar di Padang, Sumatera Barat, di tanah kelahiran ulama besar Buya Hamka. Saya tak pernah sekali pun melihat orang Islam di Padang bertengkar dengan orang-orang Ahmadiyah. Masjid orang Ahmadiyah berdampingan dengan masjid orang Muhammadiyah dan orang NU. Mereka saling menghormati."

Lalu Gayatri pun bertanya, kenapa orang-orang Islam di Padang tidak pernah mengusik orang-orang Ahmadiyah, dan mereka menghormatinya? Sebuah pertanyaan yang patut kita renungkan bersama.

Tapi, yang jelas, ulama sekaliber A. Hasan, Buya Hamka, dan Kiai Haji Wahid Hasyim, yang pernah berdialog dengan tokoh-tokoh Ahmadiyah di zamannya dan tidak setuju dengan ajaran Ahmadiyah, tidak pernah mengutuk dan tidak pernah menuntut pemerintah untuk melarang Ahmadiyah, yang sekarang pengikutnya ramai-ramai "digebuki" itu.

M. Bambang Pranowo
Guru besar sosiologi agama UIN, Jakarta

Selasa, 03 Juni 2008

Kekerasan atas nama Agama

Dalam beberapa bulan ini banyak kejadian yang sungguh membuatku pening. Aku tak tahu apakah karena pemahamanku terhadap apa yang aku yakini yang semakin menipis ataukah berita-berita itu memang dibuatNYA agar aku semakin merenungi apa arti hidup dan kehidupan ini yang sebenarnya....
Banyak orang suka menumpahkan darah orang lain dan yang aku tidak bisa berkata-kata adalah ketika mereka menumpahkan darah orang lain dengan alasan "membela Islam" agama yang aku yakini....
Apakah mereka memang telah disuruhNYA untuk memerangi saudara-saudaranya yang sama sama satu negara, atau sama sama keturan Nabiullah Adam AS.....

لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم إن الله يحب المقسطين

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".(QS.60:8)

Entahlah....

tapi mungkin tulisan Uztad Ahmad Syafii Maarif ini ada baiknya untuk kita renungkan:



Kekerasan Atas Nama Agama




Tindakan kekerasan, brutalitas, bahkan peperangan atas nama agama bukan barang baru dalam sejarah peradaban (kebiadaban) manusia. Pelaku tindakan ini merasa paling beriman di muka bumi. Karena menganggap diri sebagai makhluk agung di antara manusia, mereka mengangkat dirinya sebagai orang yang paling dekat dengan Tuhan.

Karena itu, mereka berhak memonopoli kebenaran. Seakan-akan mereka telah menjadi wakil Tuhan yang sah untuk mengatur dunia ini berdasarkan tafsiran monolitik mereka terhadap teks suci. Perkara pihak lain akan mati, terancam, binasa, dan babak belur akibat perbuatan anarkis mereka, sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Inilah jenis manusia yang punya hobi "membuat kebinasaan di muka bumi", tetapi merasa telah berbuat baik.

Seorang Presiden, George W. Bush, penganut Kristen puritan fundamentalis telah memakai agama untuk menghancurkan bangsa lain yang tak berdaya dengan seribu dalih. Perkembangan terakhir menunjukkan semakin banyak tentara Amerika yang bunuh diri karena diimpit suasana putus asa: perang di Afghanistan dan Irak tidak kunjung usai. Mereka memilih mati berkalang tanah daripada hidup becermin mayat. Itu belum lagi yang menjadi gila, rusak ingatan akibat perang yang dipaksakan. Bush dan para pendukungnya yang haus darah tidak hirau dengan semuanya ini.

Sementara itu, di kalangan segelintir Muslim, termasuk di Indonesia yang berkoar anti-Barat, atas nama agama telah membencanai tempat-tempat ibadah, perkantoran, bahkan rumah-rumah mereka yang berbeda agama atau mereka yang dianggap sesat dengan menggunakan fatwa MUI. Para pengrusak ini dari sudut pandang sistem nilai tidak banyak berbeda dengan Bush yang secara lahiriah ditentang oleh mereka. Di sinilah ironi itu berlaku. Dalam retorika politik, mereka seperti bermusuhan. Tetapi, dalam kelakuan, mereka bersahabat. Bedanya, Bush merusak dalam skala besar dengan persenjataan modern, sedangkan mereka dalam skala kecil, seperti dengan memakai pentungan, golok, linggis, dan lain-lain. Sementara itu, aparat seperti tidak mampu menghalangi mereka.

Dengan mengatakan demikian, anda jangan salah paham bila dikaitkan dengan paham Ahmadiyah yang jadi berita besar sekarang ini. Secara teologis, saya menolak 200 persen pendapat yang mengatakan bahwa ada nabi pasca-Muhammad, sekalipun katanya tidak membawa syariat. Jika memang begitu, mengapa harus dihadirkan nabi baru? Di sinilah saya gagal memahami kehadiran aliran Ahmadiyah. Mengapa tidak kembali saja kepada ajaran Islam semula. Adapun jika Ghulam Ahmad dipercayai sebagai pembaru, mungkin masalahnya tidak menjadi ruwet, sekalipun sebagian besar umat Islam tidak mengakuinya.

Sepanjang sejarah Islam selama sekian abad, umat yang percaya kepada kemunculan pembaru bukan barang baru, tetapi hanya sebagian tokoh yang memercayainya. Dengan pernyataan ini, posisi saya tentang Ahmadiyah sudah sangat gamblang. Memang dalam beberapa hadis dikatakan tentang akan turunnya nabi Isa sebelum kiamat. Dan katanya, Ghulam Ahmadlah orangnya.

Saya sungguh berharap agar hadis-hadis serupa ini diteliti kembali, sebab implikasinya sangat dahsyat. Maksud saya, jika Isa masih harus turun kembali, berarti misi Muhammad gagal. Saya tidak percaya bahwa nabi Isa masih hidup, karena dia adalah manusia biasa yang atas dirinya berlaku sepenuhnya hukum alam: lahir, dewasa, tua, dan mati. Tetapi, Alquran membantah bahwa kematian nabi Isa karena disalib. Masalah ini biarlah tidak diperdebatkan panjang-panjang, sebab saudara-saudara Kristen kita memercayai bahwa Isa mati di kayu salib. Kita tidak perlu memasuki teologi mereka.

Kembali kepada masalah kekerasan atas nama agama. Saya akan membela sepenuhnya posisi Ahmadiyah jika mereka dizalimi, hak milik mereka dirampok, dan keluarga mereka diusir. Ini perbuatan biadab karena pengikut Ahmadiyah itu punya hak yang sama dengan warga negara Indonesia yang lain menurut konstitusi Indonesia. Jika mereka dizalimi, aparat dan kita semua wajib melindungi mereka. Bahkan, seorang warga negara Indonesia penganut ateisme, tetapi patuh kepada UUD, tidak ada hak kita untuk membinasakan mereka. Kita bisa bergaul dengan mereka dalam masalah-masalah keduniaan. Mereka juga punya hak hidup dengan ateismenya.

Di sinilah pentingnya kita memahami secara jujur diktum Alquran dalam Albaqarah ayat 256, "Tidak ada paksaan dalam agama." Jika Tuhan tidak mau memaksa hambanya untuk memeluk atau tidak memeluk agama, mengapa kita manusia mau main paksa atas nama Tuhan? Sikap semacam inilah yang bikin kacau masyarakat. Oleh karena itu, Alquran jangan dibawa-bawa untuk menindas orang lain. Kekerasan atas nama agama adalah pengkhianatan yang nyata terhadap hakikat agama itu sendiri.
( Ahmad Syafii Maarif )